Review Film: Crawl (2019)

Masih dalam rangka mengobati rasa suntuk, ane kembali menghamburkan uang dengan pergi nonton ke bioskop. Anjay, sobat misqueen ke bioskop aja serasa ngehamburin duit yak, hahaha. Nah, film yang jadi target penghamburan uang ane adalah film berjudul Crawl, yang dirilis bulan Juli ini. Rupanya Crawl ini disutradarai oleh seorang Alexandre Aja. Kalo suka atau pernah nonton film High Tension, P2 atau The Hills Have Eyes kayaknya nama beliau udah pasti ga asing lagi di telinga kamu. So, adakah hal menarik dari film ini? Mari kita bahas sama-sama.


Title: Crawl
Released Date: 12 July 2019 (USA)
Genre: Horror
Running Time: 1h 27min
Director: Alexandre Aja
Writers: Michael Rasmussen, Shawn Rasmussen
Stars: Kaya Scodelario, Barry Pepper, Morfydd Clark 


Crawl menceritakan tentang bencana angin topan yang melanda kota Florida. Di tengah badai itu Haley harus mencari dan mendatangi ayahnya yang sulit dihubungi. Sampailah Haley di rumah lama mereka dan ayahnya pun memang berada di rumah itu, yang sayangnya harus Haley temukan di kolong bawah rumah mereka dalam keadaan terluka parah. Rupanya, bencana badai ini menyebabkan banjir di beberapa tempat, salah satunya adalah tempat penangkaran aligator yang berada ga jauh dari lingkungan rumah Haley. Aligator ini pun berkeliaran dan beberapa di antaranya masuk ke kolong bawah rumah Haley. Di tengah badai ini lah, Haley dan sang ayah harus berusaha bertahan hidup dari ancaman para aligator.


Kalo berbicara soal film dan yang jadi highlight adalah seekor hewan buas, sesungguhnya ane rada skeptis dan merasa bakal ada banyak hal yang terlalu dibuat-buat dan terkesan dipaksakan. Apakah hal ini yang terjadi pada Crawl? Ga ane sangka film buaya-buayaan buatan Alexandre Aja ini menyuguhkan sebuah ketegangan yang menarik dan bikin jantung ser-seran. Kita secara ga langsung diajak untuk ikut merasakan ketegangan yang dirasakan oleh Haley dan ayahnya. Teror dari aligator yang ga cuma satu biji ini pun menurut ane terasa pas tanpa ada banyak aksi teror yang terkesan terlalu diekploitasi. Di sini pun sang sutradara juga menyelipkan sedikit fakta sederhana tentang aligator yang mendukung alur cerita di film ini sehingga adegan di film ini pun masih terasa masuk akal walaupun pastinya ada beberapa adegan yang agak mengganjal. 




Sebelum kita bahas hal apa dari film Crawl ini yang mengganjal sanubari, alangkah baiknya kita memberikan pujian terlebih dahulu. Ciri khas ala Alexandre Aja dalam menyelipkan berbagai adegan berbau gore rupanya masih bisa kita nikmati di film ini dan hal ini juga yang menjadi alasan bagi ane untuk bela-belain nonton Crawl di bioskop. Nama Alexandre Aja yang dipampang di poster film beserta embel-embel The Hills Have Eyes terbukti bisa menarik perhatian ane. Apakah ane puas dengan adegan gore di film ini? Tentunya iya, walaupun harus ane sayangkan ada beberapa adegan yang kayaknya sih dipotong gitu ya. Alhasil, adegan gore ini cukup terkesan biasa aja bagi ane yang sudah terbiasa nonton film-film sadis. Mungkin supaya lebih ramah lingkungan bagi orang-orang awam yang nonton di XXI kali ya. Yah, amat sangat dimaklumi. Hal lain yang ane suka adalah bagaimana Alexandre Aja bisa mengatur ritme teror dari si aligator. Aligator-aligator ganas ini ga melulu muncul dan meneror Haley dan ayahnya. Selalu ada jeda yang diberikan supaya penonton bisa bernafas lega sekaligus memberikan waktu juga untuk Haley dan sang ayah untuk bisa menyelamatkan diri. Alhasil, ketegangan dalam film ini lebih nyaman dan bisa dinikmati dengan baik.




Ngomongin hal-hal yang mengganjal? Hmm, ada dong pastinya. Yang menurut ane kerasa banget ga masuk akalnya sih misalnya kayak adegan saat aligator menerkam Wayne yang berusaha menolong Haley. Padahal, sebelum kejadian ini tuh anjing peliharaan mereka menggonggong tanpa henti dan posisinya pun sama persis dengan posisi saat Wayne berdiri. Hmm, kenapa anjingnya ga diterkam coba? Atau adegan saat sekelompok remaja sedang menjarah isi minimarket. Di adegan ini ada seorang cewek yang sedang menunggu di atas perahu kecil, tanpa diduga dia diterkam dan dibunuh secara brutal oleh seekor aligator. Hal yang berbeda terjadi pada Haley dan sang ayah saat berusaha kabur dengan menaiki perahu juga. Disini sang aligator berusaha memangsa mereka tapi gagal. Adegan yang dimaksudkan untuk menciptakan ketegangan yang sayangnya sih jadi agak sedikit mengganjal bagi ane.


Setelah ane bahas dengan cukup panjang dan agak bertele-tele, intinya sih untuk film buaya-buayaan, Crawl ane nilai sebagai film yang sukses dalam menciptakan ketegangannya. Di tambah lagi alur cerita dalam film ini juga cukup solid dan ditutup juga dengan ending yang pas dan ga ngambang. Kalo seandainya film ini masih tayang di bioskop kesayangan kamu, ane rasa Crawl masih layak di tonton di bioskop. So, sampe sini aja dulu postingan kali ini. Gila, ane produktif banget nih sehari bikin dua postingan, hahaha. Ya sudah, share pendapat kamu tentang film ini di kolom komentar ya. Kalo ga, aku ngambek loh!


Rating versi ane:
Worth to watch? Film buaya-buayaan yang layak tonton.




2 comments:

Silahkan tinggalkan jejak kamu lewat komentar dan setiap komentar dari kamu pasti ane balas. Tapi kalo ga dibalas, jangan ngambek ya.