Review Film: Thirst aka Bakjwi (2009)

Korea Selatan. Hmm, kayaknya negeri ginseng ini selain menjadi penghasil ginseng terbaik di dunia, rupanya juga banyak film-film terbaik yang lahir dari negara ini. Coba deh sebutin judul-judul film Korea Selatan yang bagus menurut kamu. Ada banyak kan? Nah, salah satu sutradara dan penulis skenario asal negeri K-Pop yang paling mencuri perhatian ane adalah Park Chan-wook. Beliau paling dikenal dengan karyanya yaitu Vengeance Trilogy (Sympathy for Mr. Vengeance, Oldboy, dan Lady Vengeance). Ane yakin deh kalo kamu pecinta film udah pasti familiar dengan judul film tersebut. Kali ini ane pengen bahas satu film karya beliau yang kayaknya luput dari perhatian orang banyak. Film tersebut berjudul Thirst yang dirilis pada tahun 2009 yang lalu. Penasaran?


Title: Thirst aka Bakjwi
Released Date: 30 April 2009 (South Korea)
Running Time: 2h 15m
Genre: Drama, Horror, Romance
Director: Chan-wook Park
Writers: Émile Zola (inspired by "Thérèse Raquin"),
Chan-wook Park (screenplay by)
Stars: Kang-ho Song, Ok-bin Kim, Hee-jin Choi


Berkisah tentang seorang pastor bernama Sang-hyun yang berkerja di sebuah rumah sakit. Suatu hari dia menjadi sukarelawan dalam sebuah eksperimen pencarian vaksin untuk membasmi sebuah penyakit mematikan. Penyakit mematikan ini sudah hampir menelan korban ratusan jiwa dan sukarelawan dari eksperimen itu juga jarang yang berhasil untuk hidup ketika terkena virus ini. Sampai pada akhirnya, Sang-hyun terjangkit virus tersebut. Mati? Harusnya sih begitu. Tapi rupanya ada kesalahan yang dilakukan para tim dokter saat mentransfusikan darah, yang membuat Sang-hyun secara ajaib hidup kembali. Sang-hyun yang masih hidup pun akhirnya kembali ke rumah sakit tempat ia bekerja dan sejak saat itu banyak orang yang meminta dia untuk mendoakan keluarga mereka agar disembuhkan. Doa dari sang pastor ini 'dianggap' ampuh oleh mereka mengingat dia bisa hidup kembali setelah terjangkit virus mematikan. Lambat laun Sang-hyun merasa ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. Ya, dia berubah menjadi seorang vampir yang haus akan darah.




Tema vampir memang sudah sering kita temukan di berbagai film. Film Korea pun udah ada banyak yang mengangkat tema serupa. Tapi ada hal yang berbeda yang disajikan oleh Thirst yang jarang bahkan ga pernah kita temukan di film manapun. Yang paling mencolok dari film ini adalah sosok Sang-hyun yang merupakan seorang pastor. Ya kamu tau lah ya, kalo seorang pastor itu identik dengan hal yang berbau 'suci', dimana seorang pastor dituntut untuk selalu melakukan dan menebarkan kebaikan dan juga menjaga 'kesucian'nya. Hal ini kontras dengan perubahan yang harus Sang-hyun hadapi saat dia berubah menjadi seorang vampir. Dia harus meminum darah manusia untuk bisa bertahan hidup. Membunuh? Harusnya sih begitu. Tapi Sang-hyun bisa menahan diri dan mencari cara lain agar bisa mendapatkan darah. Misalnya, meminum darah pasien yang sedang koma, ahak ahak. Hal sederhana seperti ini nyatanya berhasil menarik perhatian ane. Ada aja idenya si Park Chan-wook kalo nulis script. Oh iya, untungnya di film ini Chan-wook ga meninggalkan karakter yang paling melekat dari seorang vampir, yaitu ga bisa kena sinar matahari yang akhirnya mengharuskan dia untuk ga bisa beraktivitas di siang hari. Ga kayak film yang itu tuh, yang kalo kena sinar matahari kulitnya malah bersinar, hahaha.


Sama seperti film Chan-wook yang lain, Thirst juga menyisipkan adegan ehem-ehem yang berani dan bisa dibilang melanggar batas normal. Entahlah, mungkin ini jadi ciri khas dari filmnya Chan-wook kali ya, hehe. Ane coba sebutin ya, misalnya di film Oldboy ada adegan ehem-ehem antara saudara kandung dan bapak-anak, di The Handmaiden ada adegan ehem-ehem antara sesama wanita, terus di Stoker ada juga hubungan antara istri-saudara ipar. Gila ga tuh, melanggar batas normal banget kan? Dan Thirst juga melahirkan hal tabu yang sama. Sang-hyun sebagai seorang pastor, yang harusnya menjaga kesucian dirinya, rupanya ga bisa nahan diri dari godaan Tae-ju, seorang wanita yang notabene-nya adalah istri dari teman lamanya. Kim Ok-bin yang memerankan sebagai Tae-ju pun ga malu-malu untuk memperlihatkan tubuhnya. Hmm, yang main di filmnya Chan-wook emang harus rela buka-bukaan deh kayaknya ya, ahak ahak.


Satu peranan penting yang membangun cerita dan konflik di film ini kalo menurut adalah karakter Tae-ju. Seorang wanita yang terlihat begitu depresif, polos tapi rupanya bermuka dua. Benar-benar peran antagonis yang menyebalkan dan minta digampar, haha. Sumpah deh, ini cewek tuh sok polos tapi manipulatif banget jadi orang. Salut deh sama Kim Ok-bin yang meranin sosok yang satu ini. Emosi dan pendalaman karakternya emang dapet banget deh.




Thirst rupanya menambahkan dirinya ke jajaran film karya Park Chan-wook yang layak untuk ditonton. Durasi selama 2 jam 15 menit rasanya emang berhasil dieksekusi dengan baik oleh Chan-wook. Fase dari rangkaian adegan di film ini rasanya menurut ane pas banget sih. Tiap karakternya punya peranannya masing-masing, dalam artian ga ada karakter yang ga penting di film ini. Unsur dark dan gaya penyutradaraan dari Chan-wook juga kerasa banget. Nonton paruh awal film ini tuh kerasa banget kalo emang lagi nonton filmnya beliau. Meskipun efek CGI di film ini emang masih yaaaaah agak malesin sih buat ditonton, tapi ya ga papa deh, filmnya tetap bagus kok. Ending dari Thirst juga untungnya sih ga nanggung. Pokoknya mantap lah.


Ya, segini aja deh ya review ga jelas yang bisa ane tulis tentang film ini. Bagi kamu yang doyan dan jatuh hati sama Vengeance Trilogy, kamu wajib banget nonton Thirst. Sampai jumpa di postingan berikutnya ya. Jangan lupa siapin air minum pas nonton biar kamu ga Thirst. Halah, apaan sih!


Rating versi ane:
Worth to watch? Film bertema vampire yang
beda banget. Kamu harus suka :D



9 comments:

  1. Dari the handmaiden yg keinget bukan ahak ahak...eh..ehem ehem sesama wanita nya..tp pas motong2 jari sambil ketawa2....(komen ga nyambung #abaikanlagi)

    ReplyDelete
  2. Ketawa2 nangis sih..namanya juga sakit...adegannya pas mau menjelang akhir stlh semua terbuka...atau kamu dicepetin ke adegan akhir aja ya...ahak..ahak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. waktu dipotong sma pamannya(?) si cewe jepang itu bukan sih? rada lupa, ahak ahak

      Delete
  3. Iyaa..dipotong ama pamannya.gw malah ga tau alasannya...krn misi gagal ya?.udah puyeng ama 2 cewek yang kayak bunglon dgn ending yg ga nyangka.muka inosen ga taunya biang..hahaha

    ReplyDelete
  4. Vi..sekali2 ripiu film indo yg ringan kayak the night comes to us yg tayang di netflix...lumayan gurih kok berdarah2...ahak ahak...

    ReplyDelete
  5. Aku suka bhs pnulisanya mudah dimngerti, klo blh tlg review film Blue Is The Warmest Color dong mbak

    ReplyDelete

Silahkan tinggalkan jejak kamu lewat komentar dan setiap komentar dari kamu pasti ane balas. Tapi kalo ga dibalas, jangan ngambek ya.