Film Lama: Maniac (1980) & The Last House on the Left (1972)

Setelah sekian lama blog ini tak terjamah, entah bagaimana hari ini ane mendapatkan secercah cahaya yang menerangi otak ane yang bikin ane bisa mikir kali ini ane mau bikin tulisan apa di blog gaje ini. Sedikit intermezzo, beberapa minggu ini ane puasa nonton film dan inilah yang menyebabkan ane jadi ga ada bahan buat nulis di blog. Di samping itu sih ane juga emang maleeesssss banget buat nulis. Hahaha, intinya sih ane males. Udah. Itu aja. Jadi, maaf aja nih buat para pembaca setia blog ane yang mungkin udah rindu banget buat baca tulisan gaje ane, baru hari ini bisa terobati rasa rindunya. Anjay. Kayak yang banyak aja ya baca blog ane. Star syndrome banget, njir!



Seperti postingan ane kebanyakan, kali ini ane bakalan bahas soal film. Lagi. Semoga kamu ga bosen ya. Ada dua judul film yang bakal jadi korban di postingan ini dan kedua film ini dirilis puluhan tahun yang lalu, bahkan ane pun belum lahir pas film ini diluncurkan. Film tersebut adalah Maniac (1980) dan The Last House on the Left (1972). Kedua film ini sebenarnya ga ada hubungannya sih. Lha, terus? Kok dijadikan satu, Vi? Mungkin begitu tanya kamu dalam hati. Alasannya adalah supaya isi postingannya banyak aja sih, hahaha. Alasan yang tak berfaedah sekali. Oh ya, kedua film ini bisa dibilang film yang cukup hmmm berkesan lah atau kata lainnya sih bisa dibilang legend gitu lah di kalangan tertentu pastinya. Mari kita mulai aja kalo gitu.



Title: Maniac
Released Date: 6 March 1981 (USA)
Genre: Drama, Horror, Thriller
Running Time: 87 minutes
Director: William Lustig
Writers: C.A. Rosenberg (screenplay), Joe Spinell (screenplay)
Stars: Joe Spinell, Caroline Munro, Abigail Clayton


Kita mulai dari Maniac yang dirilis pada tahun 1980. Bagi kamu para pecinta film-film gore, mungkin tatkala mendengar judul filmnya ane yakin kamu pasti ingat sama film berjudul sama yang dirilis pada tahun 2012. Yap! Itu adalah film hasil remake dari versi tahun 1980. Kisahnya tentang seorang pria psychopath yang membantai wanita-wanita yang kebanyakan adalah seorang PSK. Yang menjadi trademark dari si maniac ini adalah dia menguliti kepala korbannya dan memasangkannya ke kepala patung manekin gitu. Konflik terjadi saat si maniac berkenalan dan suka dengan seorang wanita yang merupakan seorang fotografer. Pertanyaannya, apakah si wanita ini bakal jadi korban selanjutnya?


Untuk sebuah film gore yang dirilis pada tahun 1980, ane bisa paham sih kenapa film ini bisa dibilang jadi salah satu film gore/slasher yang berpengaruh dalam dunia film bergenre sejenis. Bisa kita lihat lah ya dari bagaimana ciri khas dia dalam membunuh para korbannya. Kalo untuk special effect yang digunakan sih ya bisa dibilang lumayan lah. Aksi gore-nya ga sadis-sadis amat sih bagi ane. Tapi mengingat film ini dirilis di tahun 1980 dan kalo ane harus ‘menempatkan’ diri ane seolah lagi nonton di tahun segitu, udah pasti sih film ini sadisnya kebangetan. Tapi ya balik lagi, karena ane nonton di tahun 2018 alias jaman now, Maniac bukan jadi film gore favorit ane.




Sayangnya, Maniac cuma bisa selamat karena adegan sadisnya doang. Kenapa? Bagi ane, film ini adalah film gore/slasher yang membosankan. Asli, ane nonton film ini sampe harus ngulang tiga kali supaya kelar. Loh, kok ngulang? Berarti bagus dong filmnya kalo sampe diulang gitu? No no no, hell no! Ane nonton film ini berulang kali karena ane beberapa kali harus ketiduran saking membosankannya, itupun banyak adegan yang ane skip. Dalam film ini sedikit dimasukin kisah drama antara si maniac dan si fotografer itu, tapi drama mereka ini ga begitu kuat sih alhasil ya malah zonk. Atau kisah si maniac yang punya trauma masa kecil yang membuat dia jadi psychopath. Padahal kalo kisah traumanya dia ini diceritain dengan alur yang rapi sih pasti bakalan bikin film ini jadi lebih yahud. Faktor lain yang bikin film ini membosankan bagi ane sih adalah acting dari para pemainnya. Kurang berasa aja gitu. Pemeran si maniac pun ane rasa kurang dapet ‘pscho’nya. Kayak kurang greget aja gitu acting dia waktu ngebunuh korbannya.


Dibandingin sama versi remake, tentunya jauuuuh banget lah ya dari kualitasnya. Pasti lebih baik versi remake. Peningkatan kualitasnya ini bisa dilihat dari adegan sadisnya yang wah banget bagi ane dan juga ada Elijah Wood yang sukses meranin jadi seorang maniac. Kapan lagi liat seorang hobbit ngulitin kepala wece-wece. Satu hal lagi yang menarik dari versi remake-nya ini, yaitu dari segi pengambilan gambarnya. Kalo di game mah istilahnya first-person shooter, ga tau deh kalo dalam film istilahnya apaan. Jadi tuh kita ngeliat adegan di film ini dalam sudut pandang si pemain utamanya, yang dalam film ini ya si maniac.

Rating versi ane:
Worth to watch? Agak kurang greget, coy!



Sekarang kita lanjut ke film kedua yaitu The Last House on the Left yang dirilis pada tahun 1972. Mengisahkan dua orang cewek remaja yang pengen nonton konser. Sebelum mereka nonton, mereka pengen nyari ‘barang’. Bertemulah mereka berdua dengan seorang cowok yang lagi nyantai ga jelas di pinggir jalan. Bertanyalah mereka pada si cowok dan si cowok pun ngajakin mereka berdua ke kediamannya dengan iming-iming bakal dikasih ‘barang’ bagus. Sayangnya, kedua cewek ini mengalami kesialan yang ga mereka sangka. Mereka berdua harus bertemu dengan kumpulan para kriminal yang diburon para polisi. Gimana nasib mereka berdua?



Title: The Last House on the Left
Released Date: 30 August 1972 (USA)
Genre: Horror, Thriller
Running Time: 84 minutes
Director: Wes Craven
Writer: Wes Craven
Stars: Sandra Peabody, Lucy Grantham, David Hess


Sama kayak Maniac, film ini juga salah satu film legend yang juga dibuat versi remakenya pada tahun 2009 dan udah pernah ane bahas di postingan ini. Untuk versi originalnya ini sih, The Last House on the Left jadi salah satu film torture yang bikin ane nyesek. Mungkin kamu inget sama betapa nyeseknya film berjudul I Spit on Your Grave? Nah, The Last House on the Left juga meninggalkan efek yang sama. Tapi ga separah I Spit on Your Grave sih. Aksi siksa-siksaan yang dilakukan para buronan ini ga biadab banget juga tapi tetap aja bikin miris. Dalam versi original ini kita lebih banyak dihidangkan kisah penyiksaan yang dialami oleh Mari dan Phyllis. Yang ga kuat sama adegan penyiksaan yang cukup disturbing sih film ini amat sangat tidak disarankan. Didukung sama acting pemainnya, ane bisa ngerasain gimana sakitnya disiksa kayak gitu. Untungnya ane nonton versi unrated sih, jadi adegan siksa menyiksanya ga dikasih liat. Nah, ga dikasih liat aja ane bisa miris gimana kalo dikasih liat coba.




Aksi balas dendam yang dilakukan orang tua Mari kepada si penjahat sih bisa dibilang biasa aja buat ane. Ga sebrutal yang ada di versi remake-nya. Karena berfokus pada adegan penyiksaan para penjahat kepada Mari dan Phyllis, jadinya aksi balas dendam orang tua Mari baru bisa dinikmatin sekitar 30 menitan menjelang akhir film (kalo ga salah ya). Jadi, buat pecinta film torture yang disturbing sih monggo nonton versi originalnya. Nah kalo yang doyan adegan sadis berbumbu gore, langsung aja sikat yang versi remake-nya.

Rating versi ane:
Worth to watch? Kalo tahan liat
adegan torture, monggo~


Itu dia dua film legend yang saking legend-nya sampe dibuatkan versi remake-nya. Yah, sebenarnya ga legend-legend amat sih, ane aja yang lebay, ahak ahak. Buat kamu yang ternyata udah pernah nonton versi remake-nya, boleh lah sesekali nikmatin yang aslinya. Biar tau aja gitu. Kalo ga pengen tau ya udah sih, ga ada yang maksa juga. Yo wes, segini aja dulu postingannya. Mudah-mudahan bisa sedikit ngobatin rasa rindu kamu pada blog gaje ane ini. Share pendapat kamu tentang film ini di kolom komentar ya. Kalo mau sih, kalo ga mau juga ga papa.


2 comments:

  1. Film maniac kayaknya mirip the call nya halley berry ya?sama2 ngadepin orang suka kulitin kepala...
    Eh...biasanya ditulis adegan sadisnya ngapain aja...gw baca pengen tau..ga taunya ga ada..hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kurang tau sih, ga pernah nonton The Call tuh, ahak ahak.

      Sengaja ga ngasih tau adegan sadisnya apa aja, biar yang baca pada nonton filmnya.

      Delete

Silahkan tinggalkan jejak kamu lewat komentar dan setiap komentar dari kamu pasti ane balas. Tapi kalo ga dibalas, jangan ngambek ya.